Selasa, 23 Oktober 2018

Mainan Penemu Jodoh

     Seperti biasa, pagi ini hari senin, aeperti senin biasa pula yang aku rasakan, yaitu "menyebalkan". Entah kenapa, setiap hari senin, terasa sangat berat bagiku untuk melangkah keluar rumah. "TENG... TENG... TENG...TENG...TENG..." Jam kuno milik Eyang pun berbunyi, seakan menyambutku dengan riang. Hanya jam ini yang selalu bersamaku sampai sekarang, Orang Tuaku sudah pulang kerumah lama, alias Desa. Yahhh, walaupun kecil, tapi inilah Rumah hasil kerja keras Ayah dan Ibu.


     Dijam seginilah (5 Pagi) biasa Aku udah bangun untuk menunaikan sholat, setelah sholat hanya mie instan dan kopi lah yang menemaniku sampai waktunya tiba berangkat kerja. Tetapi terkadang menu ini pun berubah, bisa jadi teh atau susu sachet. dan terkadang makan sarapan dari sisa lauk tadi malem, sbg contoh sate, malam dimakan 5, sisanya buat esok paginya sarapan. Yah... Sedih terkadang memikirkan hidup seperti ini, tapi ya mau gimana lagi, hanya bisa menjalani aja, mungkin inilah kecukupan dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Karena, kecukupan dari Allah lebih bak, daripada kecupukan dari sesama Makhluk. Percaya aja, pasti esok masih bisa makan. Seperti kata Sidjiwo Tedjo, "meragukan esok bisa makan atau tidak, itu udah termasuk menghina Allah." Jadi disini, titik pointnya yaitu, Allah tidak akan menguji makhluk ciptaannya sampai diluar batas kemampuan ciptaan-Nya.

     "Klek, Bremmmm...." Suara motor warisan Ayah satu-satunya Si Legend Wing. "Semoga rame hari ini yang beli ya Allah' Suara dalam benaku, yaa, Aku hanya bekerja sbg Penjaga Toko Mainan Jalan Bulan Sabit IX. Disitu Aku bekerja dengan 5 teman, semuanya sbg penjaga Toko. Rara, Siva, Lisa, Adul itulah teman-temanku. "Baru sampai cuy?" sapa Adul. Iya nih Dul. Ngobrol kesana kemari sampai ngomongin ga jelas sama Adul, Sambil nyapu dan bersih-bersih. Beginilah kalo awal buka, pasti setiap pagi bersih-bersih dulu.

     1 Pelanggan, 2 Pelanggan, 3 Pelanggan, dan seterusnya, alhamdullillah lumayan pagi ini, jadi Bos ga songong. Bos Aku emang gitu, kalo sepi atau sedikit pembeli raut muka ga enak, bikin males, yang dia pikir sehari harus laku banyak. Kita tau, dan Kita pun berharapnya begitu, tapi namanya berdagang, kan ga selalu ramai. Tapi tidak bagi Bos, wajib, musti, harus ramai. Kan aneh... Aku sampai berpikir, jangan-jangan Tuhannya dia Duit. Kalo sama duit sampai kaya gitu tunduknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar