Selasa, 07 April 2015

Dimana Aku

    Aku merasakan goncangan yang sangat besar di sertai suara letusan yang sangat keras hingga membuatku terjungkal dari tidurku. Aku berfikir ada apa sebenarnya. kucoba bangun dan memcoba melihat ke luar kamar. terdengar begitu banyak suara tangisan yang mengharukan. "Ada apa", itulah yang berada di benakku saat itu, ku coba berlahan melangkah keluar, betapa kagetnya diriku apa yang Aku lihat, tak seperti apa yang terakhir Aku lihat semalam. Aku terheran-heran, seakan aku bertanya-tanya pada diriku, seakan tak percaya. di manakah ini ? kenapa semua bisa jadi seperti ini. Semua pertanyaan yang memenuhi pikiran membuat pikiran dipenuhi rasa takut yang teramat sangat. Saat itu. Sampai Aku benar-benar kaget sesaat. Aku mendengar suara jeritan seorang laki-laki seumuranku berteriak sangat keras merasa kesakitan karena rambutnya di tarik dengan sangat kasarnya oleh laki-laki yang bertubuh besar dan menyeretnya. Aku tak kuasa melihat semua itu. Hatipun terasa sedih. Air matapun tak kuasa ku bendung. Ketika sadar dia adalah salah satu temanku bernama ikbal. Tubuhku bergetar.
    Aku merasa sangat amat ketakutan.aku hanya bisa bersembunyi di bawah meja makan yang berada di pojok di salah satu ruang di rumahku. Sesekali aku melihat keadaan di luar dan berharap laki-laki besar yang bersenjata itu pergi. 2 jam aku bersembunyi, baru tersadar di manakah keluargaku. Aku berlari ke kamar orang tuaku. Berharap mereka ada dan sedang bersembunyi di dalam. Tapi harapanku sirna ketika Aku coba mencari di seluruh diseluruh ruangan tak menemukan mereka.

    Aku berlari ke salah 1 kamar saudaraku disanapun Aku tak menemukan seorang pun. Hingga akhirnya Akupun terkapar menangis tak berdaya bertanya-tanya di mana mereka. Apakah mereka sudah menjadi korban orang-orang asing yang tak ku kenal yang Aku lihat tadi. Itulah yang ada dalam benaku dan menambah semakin meningkatkan ketakutanku, seakan tak kuasa menahan gemetarnya seluruh tubuhku. Aku merenung sesaat, kenapa semua ini terjadi ?siapa mereka ? apa tujuan mereka hingga membantai semua orang yang ada di kampung ini. Lamunanku terhenti, ketika Aku mendengar suara handphone ku berdering yang tergeletak dilantai di balik pintu kamarku. Aku segera berlari menghampirinya. Aku melihat ada panggilan tanpa nama. Aku coba mengankatnya dengan penuh rasa takut, Aku berfikir, "apakah ini salah satu orang asing tersebut ?".Terdengar suara "hallo" yang tak asing di telingaku. Ibu. Iya benar itu suara ibuku. "Ibu di mana ?", kataku. "Aku di pengungsian keamanan nak, Kamu sembunyi dulu dirumah", jawab Ibuku. Iya bu. Ibu baik-baik disana. Aku akan datang ketempat Ibu. Sahutku. Tiba-tiba handphoneku mati karena kehabisan batrai. Hatiku sedikit lega karena telah mengetahui Ibuku baik-baik saja. Aku mencoba menenangkan diriku sesaat. Aku berfikir, Aku harus berani, Aku tak boleh takut. Dengan tubuh yang masih bergetar Aku mencoba mengusap air mata yg dari tadi telah keluar. Aku harus apa? Aku melihat, ada sebuah katana (pedang samurai) yang menggantung di dinding kamarku. Memang katana itu sebenarnya adalah hiasan. Tapi tak di pungkiri kalo katana itu sebenarnya tajam, tak pikir panjang Aku pun mengambilnya. Aku harus membawa ini sebagai keamanan. Juga teringat.

    Dahulu Bokap pernah memperlihatkan kepadaku sebuah senapan yang pernah di belinya ketika berada di Jakarta beserta surat perijinan dari pihak kepolisian. Tapi beliau pernah berpesan jangan pernah mainan sama senapan itu.katanya berbahaya. Akupun mulai melangkah kembali masuk ke kamar Orang Tuaku sambil melihat-lihat kondisi sekitar. Aku buka semua lemari. Aku melihat ada laci kecil di bawah lemari itu. Aku lihat, ternyata terkunci, aku yakin pasti senapan itu ada di dalamnya, akhirnya Aku buka paksa menggunakan linggis yang ada di meja peralatan. Terbukalah laci itu, ternyata benar senapan itu ada di dalamnya dan beberapa butir peluru berada di sampingnya, ketika ku hitung hanya ada 6 peluru.akupun memasukan semua isi peluru itu. Beruntung dahulu Bokap pernah sedikit mengajarkan bagaimana cara kerja senapan tersebut, jadi sedikit mengerti tentang senjata tersebut. Setelah semua siap, Aku tekatkan hatiku. Aku harus menemui Ibu di tempat penampungan keamanan, dengan membawa bekal sebilah samurai katana dan sebuah senapan. Akupun mencoba berlahan keluar dari persembunyianku. Aku tak melihat aktifitas orang-orang asing tersebut, yang kulihat hanyalah banyaknya orang yang tergeletak tak bernyawa penuh dengan darah di mana-mana. Tubuhku mulai bergetar kembali, tapi ku coba kuasai diri. Berlahan Aku mulai menjauh dari tempat semula. Dari kejauhan Aku melihat orang asing tersebut sedang menyiksa seseorang, dan tak jelas siapa orang yang disiksa tersebut. Aku tak berani mendekat dan mencoba untuk berputar arah karena aku melihat ada 4 orang asing yang 3 lainya sedang menertawakan.

    Apa yang di lakukan salah satu temanya terhadap seseorang yang belum Aku kenal tersebut, tak kuasa Aku melihatnya, hati seakan perih bagaikan teriris melihat seseorang itu tak berdaya di permainkan. Sesaat ketika Aku berusaha menjauh untuk bersembunyi. Sesekali Aku menengok ke arah seseorang yang di siksa tersebut, untuk mencari tahu siapakah sebenarnya seseorang yang disiksa tersebut. Alangkah kagetnya diriku seakan tak percaya. Dia sahabatku. Edo namanya, ya Edo, tak kuasa melihatnya meronta-ronta kesakitan, tergugahlah hatiku, Aku harus membantunya, itulah yang ada dalam pikiranku. Aku tekatkan keberanianku untuk melawan para orang-orang biadap tersebut dan menyelamatkan sahabatku. Aku bidikan senapanku ke arah orang yang menganiaya sahabatku, tepat di kepalanya.dor. tumbanglah 1 orang asing tersebut. Dengan sigapnya ketiga orang kawanya langsung melihat kearahku dan lari menghampiriku dengan membawa sebilah balok besar, ku arahkan lagi senapanku ke kedua orang yang berlari ke arahku, peluru kutembakan, yang satu kena kakinya hingga tumbang tak sanggup lagi mengejarku, dan yang satu meleset, sehingga Aku tembakkan dua kali lagi, akhirnya orang biadap itupun mati. Karena tepat terkena di salah satu bola matanya. Aku gemetar tak karuan. Karena baru pertama kali aku membunuh seseorang. Aku bingung, Aku tak sanggup untuk berkata apa-apa. Aku melihat sekitar, salah satu orang menghilang. Aku tak tahu dia pergi ke mana. Karena tak sempat memperhatikan. Apa mungkin dia kabur, fikirku. Sambil berhati-hati Aku dekati salah satu orang yang terkapar karena terkena peluru di daerah pahanya.

    "Siapa kamu ?." sahutku penuh amarah. Dia tak menjawab. "Kenapa Kamu bantai semua orang yang ada di sini". kataku. Dan lagi dia membisu. Aku tak tahan lagi dengan orang ini. "Mati kamu". kataku, dengan menembakkan senapan tepat di kepalanya. Senapanku tak berfungsi, karena pelurunya ternyata telah habis. Semakin marah Aku di buatnya, ketika mendengar dia tertawa. Tanpa pikir panjang Aku tancapkan samurai yang ku bawa tepat di lehernya hingga tewas..
Aku mendekati sahabatku yang terlihat sudah sangat lemah tak berdaya. Seluruh bajunya robek. Banyak luka di sekujur tubuhya. Aku dekati dia Aku mencoba menggendonya, berjalan menjauh mencari tempat persembunyian. Berlahan dan penuh hati-hati. Aku mendengar sahabatku berkata, "kenapa kamu tak tinggalkan Aku saja". "Gila kamu, tak mungkin Aku melakukan hal tersebut" balasku. "terima kasih. Lebih baik tinggalkan Aku di sini dan selamatkan diri kamu secepat mungkin, mereka sangat banyak, mereka bukan manusia, cepat tinggalkan Aku" pintanya. "Gila tidak, kita bersama keluar dari sini." sahutkuku. Tiba-tiba, dari belakan Aku mendengar suara orang berteriak sangat keras. Aku membeku dan membisu. Aku jatuh tersungkur ke kanan karena terkena pukulan sebuah balok dari 1 orang biadap yang Aku kira telah pergi tadi. Aku mencoba berdiri. Aku merasa tangan kiriku tak bisa bergerak, mungkin patah dikarenakan menangkis serangan tiba-tiba. Aku pegang erat-erat samuraiku. Mencoba sekuat tenaga untuk melawan orang tersebut. Hingga Aku sangat lelah, tiba-tiba terdengar suara senapan dan menumbangkan orang asing tersebut. Dengan tubuh penuh luka Aku mencoba untuk melihat di sekeliling.

    Aku melihat 1 anggota kepolisian lengkap dengan seragam tempurnya. Syukurlah. Aku lega. Aku merasa aman. Sambil menghela nafas. Aku hampiri sahabatku yang terkapar di sisi kiri. "Hai, Kita selamat", sahutku kepada edo. Dia tersenyum terdengar suara senapan kembali, kali ini benar-benar mengarah tepat di sampingku. Aku mendengar suara polisi tersebut berteriak, "Tetap di tempat". Aku salah satu warga disini. Dan dia temanku. Sahutku kepada anggota tersebut. Sekali lagi, dia bilang dengan sangat, "keras kembali kesini cepat". "Baik, baik tapi aku, aku, aku angkat dia dulu". "Tidak", sahutny sekali lagi menembakkan senapanya ke arah atas. Aku tak terima. Aku berteriak, "dia sahabatku, kita  harus slamatkan dia", kataku kepada anggota polisi tersebut sembari mengangkat tangan sahabatku, Aku gendong dia di belakang. Lalu sahabatku berbisik di dekat telingaku. "Terima kasih kawan". "Iya, Kita pasti keluar dari sini. kita sudah aman sekarang", kataku. Dia tersenyum. Semakin lama, berubah menjadi tawa. Tak sempat berfikir, tiba-tiba Aku merasa ada yang mendorongku dari belakang hingga aku terjatuh, aku bangun dan melihat belakang. Dengan sangat cepatnya dia meraih samuraiku yang terjatuh dan lari menghampiriku, sambil berkata, "semuanya telah berakhir, maafkan Aku kawan Aku menyesal" sambil menusuku. "aggggghhhhh", teriakku.

    Akhirnya Aku terjatuh tak berdaya. Sakit rasanya kepalaku, hingga Aku tak kuasa menahanya. Sampai akhirnya Aku membuka mata dan menyadari, bahwa Aku telah terjatuh dari tempat tidurku dan membentur kaki meja belajar di kamarku. "aggghhh, ya Allah, sakit banget". Dan ternyata Aku hanya mimpi buruk. hufft.

Pengarang / Hak Cipta : Aries

Tidak ada komentar:

Posting Komentar